Artikel Baru

Jual Mesin Pemasak Kumbu Bakpia - Alat Pembuat Kumbu Bakpia

Harga Mesin Alat Pemasak Kumbu Bakpia

harga oven bakpia, alat membuat bakpia, cetakan bakpia, harga mesin pia, alat panggang bakpia, mesin kumbu bakpia, mesin pengaduk isi bakpia, harga mesin cetak bakpia, mesin bakpia, mesin kumbu bakpia, mesin cetak bakpia, mesin oven bakpia, mesin produksi bakpia, mesin penggiling bakpia, jual mesin bakpia, mesin pencetak bakpia, mesin adonan bakpia, mesin pengaduk isi bakpia, harga mesin bakpia, harga mesin cetak bakpia, harga mesin giling bakpia, harga mesin kumbu bakpia, mesin pembuat kulit bakpia, mesin pembuat bakpia

Mesin pemasak kumbu bakpia
Mesin pemasak kumbu bakpia
Fungsi Kegunaan dari mesin pemasak pengaduk kumbu bakpia adalah mematangkan bahan kumbu bakpia atau isian bakpia sepeti kacang hijau. dengan mesin ini pematangan kumbu akan lebih cepat karena selain dipanaskan juga diaduk jadi panasnya merata dan mempercepat pemasakan kumbu isi bakpia

Alat pemasak kumbu bakpia
Alat pemasak kumbu bakpia

 

Spesifikasi
Tipe                             :  KM -3D

Dimensi                       : 500x400x700 mm

Material Body             : Mild Steel

Material Tabung          : Stainless steel
Material Pengaduk      : As Stainless Steel dan Plat Stainless Steel, Kayu
Pengerak                     : Elektromotor 1/ 2 HP
Kapasitas                     : 2-3  kg/ proses

Pemanas                      : LPG


Bakpia ialah makanan yang terbuat dari kombinasi kacang hijau dengan gula, yang dibungkus dengan tepung, lantas dipanggang. Arti bakpia sendiri ialah datang dari dialek Hokkian (Hanzi: 肉餅), yakni dari kata "bak" yang bermakna daging serta "pia" yang bermakna kue, yang dengan harfiah bermakna roti berisi daging. Di sejumlah daerah di Indonesia, makanan yang merasa legit ini diketahui dengan nama pia atau kue pia. 



Bakpia termasuk juga salah satunya masakan yang popular dari keluarga Cina atau Tionghoa. Bakpia yang cukuplah diketahui diantaranya datang dari daerah Pathuk (Pathok), Yogyakarta, hingga diketahui dengan panggilan Bakpia Pathuk. Mengingat penduduk Yogyakarta sebagian besar beragama Islam, pada perubahannya, isi bakpia yang sebelumnya daging babi juga dirubah jadi kacang hijau. Lalu rasa-rasa dari bakpia di kembangkan jadi cokelat, keju, kumbu hijau, serta kumbu hitam. 



Di kampung Pathuk, dulunya masyarakat tidak kenal arti "merk", hingga bakpia yang di jual sampai sekarang ini memiliki loabel "nomer rumah produsen", contohnya nomer 75, 25, 531, 125, dan lain-lain. Lantas muncul beberapa merk bakpia yang tidak dari nomer rumah, seperti Djava, Ayu, Vista, dan sebagainya. 



Lezatnya perasaan bakpia jadikan kue ini jadi salah satunya favorite beberapa wisatawan yang bertandang ke Yogyakarta. Bakpia dapat didapat di toko bakpia atau toko yang jual oleh-oleh ciri khas Yogyakarta. 




Ada lebih dari 100 merk bakpia. Diantara bakpia yang seringkali dicari oleh konsumen adalah Bakpia Kurniasari, Bakpia 145, Bakpia 75, Bakpia 25, Bakpia Merlino, Bakpia Djava, Makanan ringan It Pia 100 (umumnya di jual di minimarket terpenting), serta Bakpia Kencana. Semasing merk mempunyai keunikan yang unik. 



Bakpia Pathuk 

Bakpia ialah kue berupa bundar pipih, terbuat dari kombinasi kacang hijau dengan gula, yang dibungkus dengan tepung, lantas dipanggang. Bakpia asal awalnya datang dari daratan Tiongkok. Bakpia Pathuk ialah salah satunya variasi Bakpia yang berkembang di Yogyakarta Sekarang ini Bakpia Pathuk telah jadi salah satunya makanan ciri khas sekaligus juga oleh-oleh ciri khas dari Yogyakarta. Ini adalah salah satunya bentuk riil akulturasi budaya Tiongkok serta budaya Jawa, dalam perihal ini Yogyakarta. 



Asal nama Bakpia 

Lihat latar belakang sejarahnya, bakpia sebetulnya datang dari negeri Tiongkok. Disana, kue ini bernama "Tou Luk Pia" yang ini berarti kue pia (kue) kacang hijau. Arti bakpia sendiri ialah datang dari Bahasa Tionghoa dialek Hokkian (Hanzi: 肉餅), salah satunya Rumpun bahasa Tionghoa yakni dari kata "bak" yang bermakna daging serta "pia" yang bermakna kue, yang dengan harfiah bermakna roti berisi daging. Di negeri aslinya, bakpia mempunyai ukuran yang semakin besar dibanding Bakpia Pathuk dan berisi daging yang di proses, sesaat Bakpia Pathuk berisi kumbu yang terbuat dari kacang hijau. 



Riwayat Bakpia Pathuk 

Dengan historis bakpia ialah makanan “impor” dari negeri Tiongkok yang dibawa oleh beberapa imigran Tionghoa pada dekade awal era ke-20. Bakpia ini konon telah ada semenjak tahun 1930. Dipunyai oleh keluarga-keluarga pedagang Tionghoa yang banyak tempati pusat Kota Yogyakarta. Type makanan ini awalannya bukan makanan komersil, ikut bukan makanan yang berharga kultural seperti kue keranjang yang seringkali jadi kue dalam perayaan Imlek. Tempatnya ialah menjadi pelengkap dari kue keranjang itu serta menjadi kudapan (makanan ringan) keluarga. 



Akan tetapi berdasarkan catatan lainnya mengatakan jika resep bakpia sebelumnya dibawa oleh seseorang pendatang asal Tionghoa, yakni Kwik Sun Kwok, pada tahun 1940-an. Pada saat itu, Kwik datang di Yogyakarta dan menyewa sebidang tanah punya masyarakat ditempat yang bernama Niti Gurnito di Kampung Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta. Kwik lantas coba peruntungan dengan membuat bakpia, makanan ciri khas Tionghoa. Sebelumnya dia membuat bakpia dengan memakai resep asli dari Tiongkok, yakni masih tetap memakai unsur-unsur dari binatang babi, yakni minyak babi untuk pemrosesan serta daging babi menjadi isi bakpianya. Akan tetapi, sesudah tahu jika penduduk Yogyakarta didominasi kaum muslim serta tidak makan daging babi atau produk dari babi yang lain, Kwik lalu bereksplorasi membuat bakpia tiada memakai minyak babi serta daging babi. Dia ganti isi bakpia memakai kacang hijau. Untuk memanggang bakpia bikinannya, Kwik tetap beli arang dari temannya, Liem Bok Sing, sama-sama perantauan dari Tiongkok. 
Nyatanya, cita perasaan kue bakpia bikinan Kwik, yang tidak memakai unsur dari babi, pas dengan lidah penduduk Yogyakarta. Makanan pendatang yang sudah diubah ini mulai disukai beberapa orang. Makin lama, Kwik yang sebelumnya masih tetap menyewa tanah punya Niti Gurnito, pada akhirnya geser ke samping barat Kampung Suryowijayan. Dalam tempat baru itu dia meneruskan tugasnya membuat beberapa jenis makanan serta roti, termasuk juga bakpia. Pada tahun 1960-an, Kwik wafat serta upayanya diteruskan anak menantunya bernama Jumikem. 
Seperginya Kwik, Niti Gurnito nyatanya ikut ikutan membuat bakpia. Usaha yang dikerjakan oleh Niti Gurnito itu diprediksikan sebab Kwik sempat menyewa tanah kepunyaannya, hingga Niti Gurnito sudah sempat dikasih rahasia resep pembuatan bakpia oleh Kwik. Bakpia bikinan Niti Gurnito mempunyai kekhasan sendiri, yakni ukurannya lebih kecil dibanding dengan bakpia bikinan Kwik, berkulit tebal, serta dalamnya ikut lebih kecil. Bakpia ini di jual keliling kampung dengan memakai pikulan kayu. Pada saat itu konsumen bakpia masih tetap cukup tersekat sebab orang keturunan Tionghoa beli bakpia di penjual asal Tionghoa, sedang orang Jawa beli bakpia bikinan Niti Gurnito. 
Pada periode yang sama, Liem Bok Sing, rekan Kwik yang sebelumnya mensuplai keperluan arang, ikut juga membuat bakpia serta menjualnya ke penduduk. Tahun 1948, Liem membuat resep baru bakpia, lalu dia geser dari Kampung Pajeksan, Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, ke Jalan Pathuk nomer 75 (saat ini Jalan KS. Tubun), persisnya di Kampung Ngampilan, Kelurahan Gedongtengen, Kecamatan Ngampilan, yang di masa datang berkembang jadi sentral industri bakpia besar bernama Bakpia Patuk 75 (dikit beda tulisan dengan nama kampung). Nama jalan dimana tempat usaha Liem ini ada diberi nama Jalan Pathuk karena di bagian ujung timur bagian utara adalah Kampung Pathuk, tidak hanya di salah satunya sisi dari Jalan Pathuk ini ada Asrama Polisi Pathuk serta Pasar Pathuk.

Bakpia Pathuk dalam paket kardus 

Dalam tempat berikut usaha bakpia Liem makin berkembang cepat. Dengan resep baru, Liem sukses membuat bakpia generasi ke-2 dengan kulit yang lebih tipis, ujung datar, serta cukup gosong dengan isi kacang hijau. Awal mulanya, bakpia generasi awal berkulit lebih tebal serta berupa bundar. Bakpia bikinan Liem juga makin disukai penduduk Yogyakarta. 

Tahun 1980-an, usaha pembuatan bakpia Liem berkembang cepat. Dia mempunyai banyak karyawan yang sejumlah besar ialah masyarakat kampung di seputar tempat usaha Liem, yakni Ngampilan, Sanggrahan, Ngadiwinatan, serta Kampung Pathuk. Akan tetapi beberapa karyawan itu sukses ’mencuri’ resep serta sebarkan cara membuat bakpia pada orang kampung, bahkan juga sampai buka pelatihan. Sampai pada akhirnya pemilik Bakpia Patuk 75 ikut ambil bakpia dari sana sebab tingginya keinginan wisatawan. Mulai masa 1980-an berikut bakpia yang sudah alami metamorfosis resep pada akhirnya jadi makanan ciri khas Yogyakarta. Lokasi Pathuk, yang melingkupi Kampung Sanggrahan, Kampung Ngadiwinatan sisi utara, Kampung Ngampilan sisi utara, Kampung Purwodiningratan sisi utara, serta Kampung Pathuk sisi barat, dinobatkan menjadi kampung bakpia. 

Perubahan Bakpia Pathuk 

Pada saat awal diproduksinya serta pemasaran, Bakpia Pathuk dikemas memakai besek tiada cap. Pada tahun 1948, ada keluarga keturunan Tionghoa yang lain yang tinggal di lokasi Pathuk, bernama Goei Gee Oe, coba membuat bakpia menjadi industri rumahan. Waktu itu Bakpia bikinannya tidak di jual di toko tetapi dijajakan dengan eceran, dari rumah ke rumah. Bakpia bikinan Goei Gee Oe itu ikut belumlah dikemas serta dikasih cap seperti sekarang ini, tetapi cuma dimasukkan dalam besek (wadah makanan berupa kotak yang terbuat dari anyaman bambu). 

Masa tahun 1970-an, Niti Gurnito yang tempat tinggalnya dahulu sempat disewa oleh Kwik Sun Kwok, tinggal di kampung Suryowijayan, lokasi Tamansari. Bakpia bikinan Niti Gurnito cukup berlainan dengan bikinan masyarakat Pathuk. Bakpia Niti Gurnito susunan kulitnya lebih tebal, berwarna putih dengan sisi tengah jadi kecoklatan sebab dipanggang, sedang Bakpia Pathuk berkulit tipis serta gampang rontok. Dengan selekasnya, Bakpia Niti Gurnito memberikan inspirasi masyarakat seputar Tamansari untuk menghasilkan serta buka toko bakpia. Bahkan juga, buat masyarakat asli Yogyakarta, Bakpia Tamansari-lah yang dipandang seperti bakpia ciri khas Yogyakarta. Akan tetapi nampaknya etos dagang beberapa orang Jawa tidak seulet orang Tionghoa biasanya yang ada di perantauan. Beberapa toko bakpia di daerah Tamansari tidak tahan lama, banyak toko yang tutup, hingga industri bakpia di lokasi itu terjatuh serta tidak tinggalkan bekas. Diluar itu, salah satunya peluang pemicu surut serta kurang mengembangnya sentral bakpia di Tamansari adalah tingkat promo daerah yang kurang serta jauh dari jangkauan lokasi pariwisata. Sekarang ini, bakpia dengan merk "Niti Gurnito" masih tetap bisa didapati di Suryowijayan, lokasi Tamansari, serta oleh karena itu lebih diketahui menjadi Bakpia Tamansari. 


Proses pembuatan bakpia waktu pengisian kumbu 

Lalu pada dekade tahun 1980-an, pembuatan bakpia di lokasi Pathuk mulai tumbuh. Seiring waktu berjalan, paket menjadi memakai kertas karton serta dikasih cap. Pada saat yang sama, inspirasi itu dibarengi dengan timbulnya bakpia-bakpia lainnya dengan merk dagang yang sama juga dengan nomer berlainan. 



Pada periode tahun 1990-an, Bakpia Pathuk mulai diketahui oleh orang di luar daerah serta oleh karena itu yang berminat juga makin bertambah. Perihal ini bersamaan diangkatnya icon Yogyakarta menjadi daerah arah wisata. Semenjak kunjungan wisata bertambah, masyarakat Pathuk juga mulai belajar untuk bikin bakpia. Tahun 1992 adalah periode "booming" Bakpia Pathuk serta itu berjalan sampai sekarang ini . 


Proses pembuatan bakpia waktu akan di-oven 

Penganan bakpia ciri khas Yogyakarta sekarang berkembang luas tidak cuma berpusat di Pathuk. Ada juga Bakpia Minomartani di Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Sleman, serta Bakpia Japon di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Bantul, yang di produksi oleh beberapa industri rumah tangga. Penjualan bakpia sejumlah besar bertumpu pada bidang pariwisata. Oleh karena itu penjualan tetap melonjak tinggi waktu berlibur. 
Pemerintah Kota Yogyakarta ikut serta menggerakkan perubahan Bakpia Pathuk di Sentral Industri Bakpia di Pathuk, Ngampilan, Yogyakarta, yang mempunyai kekuatan wisata yang bisa di kembangkan lebih luas. Terpenting untuk jadikan Pathuk menjadi kampung wisata. Tidak hanya menyiapkan oleh-oleh ciri khas, wisatawan dapat juga melihat dan membuat olahan Bakpia dengan cara langsung. Wali kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, minta beberapa komune serta paguyuban berbenah seperti tingkatkan kapasitar produksi, membenahi lingkungan sampai mempersiapkan rute wisata spesial pembuatan bakpia di Pathuk. Akan tetapi, sekarang ini perubahan terhalang terbatasnya tempat parkir. Diluar itu, untuk tingkatkan kualitas serta kebersihan produk Bakpia Pathuk, Pemerintah Kota Yogyakarta, dalam perihal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, serta Pertanian, sudah mengadakan kursus penciptaan produk bersih buat 20 produsen bakpia rumah tangga di Balai RW 38, Purwodiningratan, Ngampilan, Kota Yogyakarta. Kursus ikut mencakup pekerjaan sarana penambahan tehnologi kualitas serta design produk Industri Mikro, Kecil serta Menengah (IMKM). 
Pada sekarang ini Bakpia Pathuk sudah jadi salah satunya makanan ciri khas Yogyakarta. Beberapa orang di luar daerah, terpenting wisatawan, yang beli jajanan ciri khas Yogyakarta ini. Biasanya wisatawan beli Bakpia Pathuk untuk jadikan oleh-oleh untuk keluarga, kerabat, rekan, atau rekanan mereka. Tidak terlalu berlebih ikut bila menyebutkan bakpia sukses ikut menggerakkan ekonomi penduduk ditempat dengan adanya banyak industri taraf rumah tangga serta menengah dengan pekerja yang ikut serta di dalamnya. Dari sebatas menimbulkan dampak ekonomi, bakpia dapat dibuktikan sudah jadi lambang konkret toleransi serta akulturasi. 

Beberapa jenis perasaan Bakpia Pathuk 

Generasi ke-3 bakpia bukan sekedar berisi kacang hijau, tapi lebih bermacam seperti kumbu hitam, coklat, keju, nanas, duren, Coklat Kacang, serta beberapa jenis perasaan yang lain. Bahkan juga sekarang ini juga ada yang melakukan modifikasi perasaan bakpia dengan citarasa baru, salah satunya bakpia perasaan Cappuccino, bakpia ubi ungu, serta bakpia kimpul. Ada juga variasi bakpia baru seperti roti yang berlapis-lapis. Produsen bakpia pathuk juga selalu bereksperimen ikuti trend hasrat customer. 



Kepopuleran Bakpia Pathuk 

Menjadi salah satunya makanan tradisionil ciri khas Yogyakarta, Bakpia Pathuk sudah menarik banyak perhatian banyak wisatawan, tidak kecuali wisatawan mancanegara. Salah satunya adalah pada bulan Juli 2010, Kementerian Kebudayaan serta Pariwisata Republik Indonesia bekerja bersama dengan KBRI Moskow membuat program Familiarization Trip (Fam Trip) yang dibarengi oleh 5 wartawan Rusia untuk berkelana di Indonesia, yang salah satunya ada wartawan kuliner dari Locator Press Agency (Food, Wine & Travel) yang spesial meliput wisata kuliner di Indonesia. Diantara beberapa daerah di Indonesia yang disambangi adalah Yogyakarta serta mereka begitu tertarik dengan beberapa makanan tradisionil Yogyakarta, salah satunya adalah Bakpia Pathuk. 
Diluar itu, saat Kraton Yogyakarta mengadakan pernikahan salah satunya putri Sri Sultan Hamengkubuwono X, yakni GKR Bendara dengan KPH Yudanegara pada 18 Oktober 2011, pihak Kraton pesan 5.000 paket Bakpia Pathuk untuk sajian waktu acara pernikahan salah satunya putri raja Kraton Yogyakarta itu. 
Olivia Culpo, pemegang titel Miss Universe 2012 yang datang dari Amerika Serikat, dalam lawatannya ke Indonesia, sempat meluangkan diri bertandang ke Yogyakarta serta berlatih membuat bakpia waktu bertandang ke Yogyakarta pada 7 Februari 2013. Tehnik membuat makanan ciri khas Yogyakarta itu dia temukan waktu berkunjung ke salah satunya sentral produksi Bakpia Pathuk. Selain itu pada 31 Januari 2014, Miss Universe 2013, Maria Gabriela Isler, yang datang dari Venezuela, bersama dengan Putri Indonesia 2014, Elvira Devinamira, berkunjung ke salah satunya tempat produksi sekaligus juga tempat penjualan Bakpia Pathuk. Kedua-duanya coba membuat jajanan ciri khas Yogya, yakni bakpia. 
Setiap saat liburan, contohnya berlibur sekolah, libur panjang akhir minggu, lebaran, natal serta tahun baru, bersamaan makin meningkatnya jumlahnya wisatawan ataupun orang di luar daerah yang bertandang ke Yogyakarta, beberapa produsen Bakpia Pathuk kebanjiran pesanan bakpia. Kadang diantara beberapa produsen Bakpia Pathuk ikut sama-sama menolong penuhi pesanan produsen yang lain, terpenting sama-sama industri rumah tangga. 

Merk Bakpia Pathuk 

Sebelumnya produsen Bakpia Pathuk memberikan merk bakpianya memakai nomer rumah dimana mereka buka usaha. Contohnya Liem Bok Sing serta penerusnya, Yung Yen, memberikan merk "Bakpia Patuk 75" karena pada awalnya dia buka usaha di Jalan Pathuk nomer 75. Demikian juga dengan Tan Aris Nio, yang disebut perintis kelanjutan dari jajanan Bakpia Pathuk, memberikan merk "Bakpia Pathuk 25" karena pada awalnya dia buka usaha di Jalan Pathuk nomer 25. Demikian selanjutnya serta waktu masyarakat sekelilingnya, baik yang tinggal di pinggir jalan ataupun di kampung, ikut buka usaha rumahan dengan produk bakpia juga memberikan merk dengan nomer tempat tinggalnya semasing, contohnya Bakpia 55, Bakpia 57, Bakpia 45, Bakpia 145, Bakpia 531, Bakpia 545, Bakpia 515, Bakpia 99, dan lain-lain. 
Seiring waktu berjalan lalu muncul merek-merek Bakpia Pathuk yang lain yang tiada memakai nomor-nomor spesifik, contohnya Bakpa Agung, Bakpia Ayu, Bakpia Kencana, Bakpia Merlino, Bakpia Sudut, Bakpia Kurnia Sari, Bakpia Djava, Bakpia Vista, dan lain-lain. Pemberian merk ini tentu saja sama dengan kehendak semasing pengusahanya serta bukan kembali hanya mengacu pada nomer rumah atau nomer toko dimana mereka buka usaha.

No comments