Artikel Baru

Porang : Penghasilan Tambahan Dari Budidaya Kayu Jati

Porang : Penghasilan Tambahan dari Budidaya Kayu Jati
Hi, selamat sore, artikel ini akan menjelaskan mengenai porang perhutani Porang : Penghasilan Tambahan dari Budidaya Kayu Jati simak selengkapnya lebih dalam tentang Porang : Penghasilan Tambahan dari Budidaya Kayu Jati.



Tanaman Porang dibawah pohon Jati

Tanaman kayu pohon Jati di panen dalam waktu yang lama yaitu lebih dari 15 tahun.Perum Perhutani memberi peluang kepada masyarakat untuk menanam tanaman sela “Porang “ diantara tegakan kayu karena ada simbiose yang saling menguntungkan bagi tanaman.

Tanaman Porang,umbi untuk bibit & untuk diolah- agrobisnis-asep.blogspot.com

Tanaman Porang memerlukan keteduhan dibawah pepohonan, sedangkan pohon Jati akan berkembang lebih baik karena adanya tanaman dibawahnya yang di pupuk dan di bumbun sehingga memudahkan proses penyerapan unsur hara bagi pohon Jati.



Porang [Amorphophallus Onchophyllus], sejenis tanaman penghasil umbi, satu rumpun dengan keluarga tanaman iles-iles lainnya: seperti Talas [Bentul], Ganyong, Gembili maupun umumnya tanaman semak belukar  yang dalam akarnya mengandung cadangan kalori , mudah tumbuh di kawasan hutan jati. 

Di Indonesia tanaman Porang dikenal dengan banyak nama tergantung pada daerah asalnya. Misalnya disebut acung atau acoan oray (Sunda), Kajrong (Nganjuk) dll. Banyak jenis tanaman yang sangat mirip dengan Porang yaitu diantaranya: Suweg, Iles-iles dan Walur.

Pada tahun 2007 petani porang di desa hutan Jati Plangon, Madiun berhasil mengumpulkan sampai 5.300 ton glondong basah dari kawasan hutan jati di sekitar permukiman mereka. 

Produksi porang masih sekitar 3-5 ton/Ha umbi basah. Ada 5 industri yang mengolah porang menjadi chip atau keripik porang dan tepung porang. Diantaranya CV. Agro Alam Raya, PT ALGALINDO, PT AMBIKO dll. Kebutuhan ke- 5 industri porang tsb diperkirakan sekitar 4.400 ton chip/tahun.

Potensi porang dalam bentuk umbi yang dihasilkan oleh hutan-2 di Jawa Timur baru sekitar 3.000 – 5.000 ton umbi basah dan dengan rendemen 20%, maka produksi chip masih sekitar 600 Kg – 1.000 ton chip. Sedang kebutuhan industry sedemikian besar. Oleh sebab itu perluasan tanaman porang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industry sekitar 3.400 ton chip.

Harga umbi saat ini (2009) di hutan- hutan Jawa Timur mencapai Rp. 2.900/Kg. Sedang harga chip sudah Rp. 19.000/kg. Sehingga prospek pengembangan budi daya porang di Jawa Timur sangat menjanjikan.

Budidaya Porang di Perum Perhutani

Budidaya Porang telah dilaksanakan di dalam kawasan hutan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur seluas 1605,3 Ha, yang meliputi beberapa wilayah KPH sebagai berikut:




No KPH                 : Luas (Ha)

Jember                 : 121,3

Nganjuk               : 759,8     

Padangan             :  3,9     

Saradan               : 615,0

Bojonegoro         : 35,3

Madiun               : 70,0     

Syarat Tumbuh

Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya.




1. Keadaan Iklim

Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 - 600 M dpl.





2. Keadaan Tanah

Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 - 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.





3. Kondisi Lingkungan

Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.

Kelemahan porang produksi Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan (MPSDH) DI JAWA  TIMUR, apabila diolah menjadi tepung masih gatal dan sama sekali tidak bisa diolah menjadi produk pangan. Kecuali chip porang disetor ke pabrik pengolahan chip porang di Kertosono, Mojosari, Pasuruan dll. Tantangan peneliti porang Jur. THP FTP UB (Simon B Widjanrko dkk) membuat pabrik porang sendiri di lokasi MPSDH- MPSDH di Jawa Timur. Semoga dalam waktu tidak terlalu lama, petani porang di MPSDH di madiun dapat berdiri pabrik tepung porang dan bisa dihasilkan berbagai pangan sehat dan murah dari bahan baku lokal                 ()

Penanaman Porang

Budidaya porang dapat dilakukan dengan tiga macam cara:

a. Dari kathak/biji Porang : 2-3 tahun sampai masa panen (harga kathak Rp 15rb/kg)

b. Dari bubil benih: perlu 4 tahun sampai panen

c. Dari umbi: dalam satu tahun kemudian bisa dipanen

Dengan awal tanam umbi berukuran 0, 5 kilogram dan atau sampai dengan 1 kilogram per satuan, setelah melewati masa pelihara satu tahun bisa terjadi pembesaran sampai tiga kali ukuran semula, yaitu 1,5 sampai 3 kg per umbinya.



Harga umbi porang yang siap olah menjadi bahan makanan Rp1.500/kilogram.

model tanam di lahan pekarangan berlaku untuk satu kali panen umbi saja, karena di saat masuk masa dormansi itu pula seluruh umbi dipanen tanpa menyisakan untuk tumbuh lagi menyongsong musim hujan.

Sedangkan kalau di tempat asalnya [hutan jati] sistem panenan umbi porang dilakukan secara pilihan sehingga masih menyisakan benih dorman untuk tumbuh lagi kelak saat musim penghujan. Dalam musim kemarau [siklus antara Mei sampai Desember] adalah masa Ripah alias Dorman atau waktu istirahat Porang, sehingga tanaman ini seakan lenyap begitu saja dengan menyisakan umbinya





Hasil Panen

Menurut Pakar Porang , dengan stimulan pupuk kandang, modal 4 kwintal umbi porang maka setelah jangka waktu 5 bulan [persiapan tanam bulan 10 sampai dipanen bulan 4 tahun berikutnya  dapat dihasilkan 16 kwintal. Rata-rata dari 1 kilogram umbi dapat membesar jadi 3 kilogram. Dalam musim kemarau [siklus antara Mei sampai Desember] adalah masa Ripah alias Dorman atau waktu istirahat Porang, sehingga tanaman ini seakan lenyap begitu saja dengan menyisakan umbinya

Panen Porang pada bulan Mei sampai Agustus.produksi porang setiap hektarenya mencapai 10 hingga 12 ton dalam bentuk umbi porang basah.



Pemasaran

Pangsa pasar umbi Porang mencakup pasar luar negeri dan dalam negeri.

1. Untuk pangsa pasar dalam negeri;

umbi Porang digunakan sebagai bahan mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar.

2. Untuk pangsa pasar luar negeri;

masih sangat terbuka yaitu terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa.

Produk dipasarkan oleh LMDH binaan Perum Perhutani dalam bentuk unbi basah dan umbi kering (chips)






Pembuatan Irisan Porang 

umbi porang yang telah dipanen tersebut selanjutnya dipasah menjadi irisan tipis-tipis dan dijemur hingga menjadi keripik porang. Dari sekitar 100 kilogram umbi porang basah jika dikeringkan, hanya tinggal menjadi 15 kilogram.

  

penjemuran & alat membuat irisan Porang-pelapak.com

Pembuatan Tepung Porang

Tepung Porang saat ini dari Madiun, Wonogiri  diekspor melalui Perhutani Nganjuk ke negara Hongkong, Jepang dan Korea yang digunakan sebagai bahan baku   membuat mi dan semacam tahu, perekat, celluloid, bahan peledak,obat obatan,kosmetik,kertas, karet sintetis, Konyaku /tahu, keripik umbi Porang, perekat tablet, pembungkus kapsul dll. Harga beli tepung oleh Perhutani dari petani Rp 300.000 per Kg (harga tahun 2012).

Pengolahan Porang menjadi tepung memang tergolong mudah. Umbi yang bentuknya mirip suweg  diiris tipis dan dikeringkan, kemudian ditumbuk. Tanaman itu juga mudah tumbuh sehingga dijadikan program dari pihak kehutanan untuk penanaman di hutan rakyat yang mayoritas berada di pegunungan.

Porang yang biasa dijual petani masih berusia sekitar sepuluh bulan sehingga dalam satu kilogramnya terdiri dari empat sampai lima buah. Jika dibiarkan hingga tiga tahun, berat satu umbi porang bisa mencapai 25 kilogram.

Di Jepang di budidayakan khusus dengan jarak  60x30cm (jarak antar larikan 60 cm, jarak tanaman 30 cm) dan dipanen saat berat 2 kg.

Di Klangon dengan tumpangsari Jati berjarak 100x50 cm.

Perusahaan pengolah Porang : Konyaku dan Shirataki produksi dari PT. Ambico, Ltd. Desa Carat Kecamatan Gempol Pasuruan, PT. Agro Alam Raya Jl. Al Hidayah I/4 Keplaksari Peterongan Jombang, PT. Algalindo Jl. Wicaksono 23 Gununggangsir Pasuruan



Tepung Porang/Konjac Powder adalah tepung yang bisa dibuat untuk Industri Makanan dan minuman

• Tepung bahan utama mie jepang (Shirataki)

serta bahan campuran mie instant pada umumnya.

• Tepung bahan utama pembuatan tahu (Konyaku.).

• Bahan pembuat daging bagi vegetarian

• Tepung bahan campuran sebagai pengikat rasa pada industri bumbu penyedap rasa dan produk olahan makanan instan.





Pemberdayaan Petani sekitar Hutan Jati

Dalam program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) MPSDH (Masyarakat Pengelola Sumberdaya Hutan) Wono Lestari, mendapat hak pengelolaan seluas 112 hektare (ha) lahan disela-sela hutan jati di KPH Madiun, yang dimanfaatkan untuk menanam Porang, yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi.

"Harga Porang bisa mencapai Rp2.500 untuk satu umbi dengan berat 4 kilogram," katanya dan menambahkan bahwa dalam hitungan normal 100 pohon Porang bisa menghasilkan Rp1 juta. Untuk luasan 1 hektare, kata dia, bisa ditanam sebanyak 6.000 bibit, sehingga bisa menghasilkan 24 ton/hektare, yakni dengan penghitungan 6.000 dikalikan 4 kilogram.

"Dengan demikian, maka dalam hitungan kasar, jika satu hektare bisa menghasilkan 24 ton, dan dikalikan dengan harga Rp2.500/kilogram, kurang lebih bisa menghasilkan 

Rp 60 juta/Ha.



Begitulah pembahasan mengenai Porang : Penghasilan Tambahan dari Budidaya Kayu Jati semoga tulisan ini berfaedah terima kasih

untuk harga alat pembersihpencuci|pengolah} buah porang bisa menghubungi kami. 

mesin pembuat tepung porang

Artikel ini diposting pada tag

https://kayukuina.blogspot.com/2012/07/porang-penghasilan-tambahan-dari.html

No comments